Ekspedisi Gn. Singgalang – Gn. Tandikek
Filed Under :
Cerita Perjalanan
by ricky211
Sabtu, 08 Oktober 2011
Ekspedisi Gn. Singgalang – Gn. Tandikek
Pendakian Gunung Singgalang dan turun di Gunung
Tandikek kali ini selama 3 hari 2 malam. Perjalanan ini dilakukan oleh :
-
Desliana Azizah Rambe (MP 199 GV)
-
Anasrul (MP
208 UV)
-
Ricky Ernando (MP 211 UV)
-
Rima Geovani (MP 224 AT)
-
Tri Novi Drivani (MP 227 AT)
-
Yasa Stedo (MP 230 AT)
-
Utari Triyanti (MP 237 VR)
Setiap gunung memiliki keunikannya masing-masing,
termasuk Gunung Singgalang dan Gunung Tandikek yang memiliki keunikan tersendiri
sepanjang perjalanannya. Dilihat dari trek yang dilewati adanya perbedaan yang
dapat menguntungkan atau merugikan para pendaki. Begitu juga dengan tumbuhan
yang pada umumnya tumbuh di sepanjang perjalanan pendakian memiliki ciri khas
masing-masing. Hal ini mungkin dipengaruhi oleh faktor aktif atau tidak nya
gunung tersebut, sebagaimana yang kita tahu Gunung Tandikek merupakan gunung
api aktif sedangkan gunung Singagalang tidak gunung api.
Tim berangkat dari sekre paitua MTU pada hari Jumat
pukul 10.00 WIB yang dilepas oleh Anggota yang ada di sekre saat itu. Pendakian
direncanakan dari Koto baru, dari sekre kami berjalan sampai bundaran teknik
dan kemudian menaiki mobil pick up yang kebetulan lewat pada saat itu sampai
pasar baru. Kemudian kami melanjutkan perjalanan dengan menaiki bus kota
jurusan ps. baru – ps. Raya dengan biaya Rp. 2000/org.dan kami berhenti di simp
3 ratu langi yang kemudian kami lanjutkan dengan menaiki bus kota jurusan lubuk
buaya dengan biaya Rp. 2000/org dan kamipin berhenti untuk melanjutkan
perjalanan dengan menaiki minibus jurusan Padang-Bukittinggi dengan biaya Rp
16.000,- per orang nya. Perjalanan yang memakan waktu lebih kurang 2 jam ini
menyebabkkan kami sampai di pasar Koto baru pada pukul 13.30 WIB karena
keberangkatan dari Padang pukul 11.30 WIB. Sesampainya di Pasar Koto Baru kami
istrahat untuk makan siang dan shalat. Kami membeli beberapa nasi bungkus untuk
makan bersama dengan desert gorengan
panas yang menemani cuaca dingin dan gerimis pada saat itu.
Kemudian tim
melanjutkan perjalanan menuju “tower”
yang merupakan pintu awal dalam mendaki Gunung Singgalang. Ini hanya sebuah
istilah untuk nama tempat tersebut karena di pintu masuk terebut kita akan
menemukan sebuah tower milik salah satu stasiun TV swasta. Perjalanan menuju “tower”
cukup jauh apabila ditempuh dengan jalan kaki akan memakan waktu sekitar 2 jam.
Oleh karena itu diputuskan untuk merental mobil selain dapat menghemat waktu
juga dapat menghemat tenaga. Perjalanan dengan mobil sekitar 25 menit. Jalan
yang dilewati pada awalnya lumayan bagus yaitu terdiri dari jalan aspal, namun
semakin dekat ke tower jalannya tidak diaspal. Sehingga mobil hanya dapat
mengantar kami sampai jalan aspal terakhir dan tim akan memulai perjalanan
dengan jalan kaki untuk seterusnya. Sebelum tempat terakhir yang dapat ditempuh
dengan mobil, para pendaki akan melewati sebuah pondok kayu tempat melapor
pendakian yang akan dilaksanakan. Sebagaimana pada Gunung-gunung lainnya kita harus
membayar uang administrasi dan melaporkan jumlah anggota tim yang melakukan
pendakian.
Perjalanan menuju tower berliku-liku. Sepanang jalan
kita dapat pendaki dapat menikmati indahnya gunung merapi yang terletak kokoh
di bagian belakang dan dibawahnya terlihat pemandangan kota Bukittinggi dan
beberapa wilayah Kabupaten Agam. Untuk menghemat waktu kami memilih alternatif
lain menuju tower yaitu dengan melewati ladang penduduk sekitar. Jika memilih
jalan seperti biasa maka pendaki harus melewati jalan besar, sedangkan kami
melewati jalan kecil yyang terdapat di belakang mushalla kecil di sebelah kanan
perjalanan yang nantinya akan tembus di dekat tower pertama yang kita jumpai
saat pendakian singgalang. Sesampainya di tower tim istirahat sebentar melepas
haus dan kepenatan sambil menikmati pemandangan indah gunung merapi yang saat
itu agak tertutup awan.
Tim melanjutkan pendakian pada pukul 16.30 WIB. Di
awal pendakian Gunung Singgalang, para pendaki terpaksa merangkak karena jalan
yang dihalangi oleh pimping yang tumbuh begitu lebatnya. Perjalanan melewati
pimping dilewati selama ± 1 jam, setelah
melewati pimping pendaki akan bertemu dengan sumber air pertama, dimana sumber
air itu sendiri terletak di sebelah kiri sekitar ±30 m dari jalan utama. Sepanajng perjalanan terdapat beberpaa sumber air dan
kabel listrik yang terkadang melintang sepanajng perjalanan. Di sumber air
pertama ini tim beristirahat sejenak dan kemudian melanjutkan perjalanan
kembali, setelah berjalan sekitar 30 m tim tiba di sumber air ke 2. Sumber air
ke 2 ini tidak seperti sumber air yang pertama, disini sumber airnya mudah
dijangkau karna berada di tepi jalan yang kita lalui. Di sumber air ke 2 inipun
tim berhenti untuk melepas kepenatan sebelum kembali melanjutkan perjalanan.
Setelah istirahat tim kembali melanjutkan perjalanan, sekitar 2 jam 10 menit
perjalanan tim sampai di sumber air ke 3. Dan kami pun beristirahat disini,
karna memang di sumber air inilah tempat peristirahatan yang paling cocok. Dan
kemudian kamipun melanjutkan perjanan menuju cadas. Apabila dalam perjalanan
pendaki menemukan bebrapa pohn dengan lobang besar di bawahnya itu menandakan
perjalanan semakin dekat dengan cadas. Di wilayah cadas terdapat beberapa
tempat datar yang dapat dijadikan sebagai tempat camp. Sumber air di dapat dari
aliran air kecil yang terdpaat di jalan menuju cadas. Namun pada musim kemarau
terkadang airnya tidak begitu besar sehingga para pendaki umumnya lebih memilih
camp di telaga, dengan waktu tempuh sekitar 1 jam 15 menit kamipun sampai di
Cadas.
Di sekitar cadas terdapat beberapa tempat datar yang
dapat dijadikan sebagai tempat camp. Sumber air di dapat dari aliran air kecil
yang terdpaat di jalan menuju cadas. Namun pada musim kemarau terkadang airnya
tidak begitu besar sehingga para pendaki umumnya lebih memilih camp di telaga.
Sesampainya
di cadas pada pukul 22.30 WIB. Tim melanjutkan perjalanan menuju telaga dewi.
Perjalanan menuju telaga dewi harus menempuh cadas yang lumayan terjal. Di atas
ini kita dapat menikmati gunung merapi yang berada di bagian belakang. Setelah
cadas kembali memasuki Hutan Lumuik. Berbeda dengan tumbuhan yang terdapat
sebelum cadas, di daerah ini karena ketinggiannya semakin bertambah
pohon-pohonnya banyak ditumbuhi lumut yang tebal. Dari Hutan Lumik sampai ke
telaga dewi trek yang kita lalui lumayan datar.
Tepat pukul 00.00 WIB tim tiba di telaga dewi.
Perjalanan yang terasa lebih lama dari biasanya yang disebabkan perjalanan yang
dilakukan pada malam hari dan cuacanya pun cukup dingin. Sesampai di telaga
dewi kami kami langsung menuju tempat camp yang mana terletak di arah selatan telaga
dewi tepatnya kearah Gn. Tandikek. Karna memang disini tempat yang cukup nyaman
untuk mendirikan camp. Setelah memilih tempat yang cocok di sekitar telaga
dewi, tim langsung mendirikan tenda untuk perisitirahatan dan memasak bebrapa
makanan untuk makan malam yang sudah tertunda. Setelah makan malam semua tim
langsung istirahat, saat itu pukul 03.00 WIB. Pada malam itu cuaca sangat
dingin dan hujan gerimis ehingga kami telah bersiap-siap dengan sleeping bag
yang hangat dan jaket tebal untuk menghangatkan tuubuh.
Keesokan paginya kami terlambat bangun, cuaca yang
dingin membuat malas untuk emmbuka mata. Pada pukul 08.00 WIB kami bersiap-siap
membuat sarpan pagi, cuaca masih sangat dingin dan embun menyelimuti pada pagi
hari itu. Jarak pandang pun tak lebih dari 20 meter. Dalam suasana seperti itu
kami memutuskan untuk tetap di dalam dome sambil memasak. Setelah selesai makan
nasi goreng bakso pada pagi itu, semua tim mulai bersiap-siap dan packing.
Sebalum melanjutkan perjalanan kami menemukn adanya tiang bendera baru dengan
bendera merah putih terpasang di atasnya. Kami sempatkan untuk mengambil
dokumentasi perjalanan kami.
Pada pukul 12.00 WIB perjalanan menuju Tandikek
dimulai. Cuaca masih dingin dan hujan gerimis, sehingga beberapa anggota
memutuskan untuk mengguanakn raincoat
selama perjalanan. Menuju tandikek kita harus mengambil arah ke kiri. Jika ke
kanan kita akan menuju puncak. Jalan
yang kita lalui tidak begitu jelas, karna memang jarang pendaki melewati jalur
ini. Sehingga leader dan navigator pada saat itupun harus cukup jeli untuk
menentukan arah perjalanan.
Setelah 1,5 jam perjalanan kami menemukan sebuah
telaga yang dinamakan telaga kumbang. Dilihat ukurannya, telaga ini lebih kecil
dibandingkan telaga Dewi. Akses menuju telaga pun agak susah karena tidak ada
jalan yang bersih untuk dilewati. Karena posisinya yang lebih rendah dari jalan
yang kami lewati sehingga tim harus menurun dan melewati kayu besar yang sudah
mati yang melintang di jalan menuju telaga. Tidak lama kami menikmati suasana
telaga saat itu karna harus melanjutkan perjalanan. Perjalanan dari telaga
kumbang sampai sadelan antara Gn. Singgalang dan Gn. Tandikek banyak melewati
penurunan yang terjal. Kami tetap mengikuti marker mapala-mapala yang ada
sehingga kami tidak lagi menemuakan marker yang terbaru dan hanya mnemukan
marker lama dari sebuah mapala. Pada saat itu berkali-kali navigator
mengeluarkan peta dan menggunakan kompas untuk menentukan arah perjalanan yang
harus kami lalui, selain jalanya yang tidak begitu jelas di jalur ini juga
banyak terdapat persimpangan yang cukup meragukan dan juga banyak pohon tumbang
yang menghalangi perjalanan.
Perjalanan terus kami lanjutkan hingga kamipun sampai
di sadelan antara Gn. Singgalang dan Gn. Tandikek, pada saat itu jam sudah menunjukkan pukul
18.30. Sesampai di sadelan kami mencoba untuk mencari sumber air, al hasil kami
tidak menemukan sumber air. Sangat berbeda dengan perjalanan menaiki Gn.
Singgalang yang banyak terdapat sumber air. kembali kami lanjutkan perjalanan
yang menanjak hingga malam pun menjelang dan kami kehilangan marker, tidak lagi
menemukan arah jalan yang seharusnya. Malam semakin larut, sehingga diputuskan
beberapa orang untuk mencari jalan sedangkan yang tetap tinggal. Sekitar 1 jam
mencari jalan dan tidak ditemukan titik terang sehingga malam itu kami
memutuskan untuk cari tempat yang agak lapang dan datar untuk mendirikan camp.
Dengan tangan yang menggigil kami dirikan dome. Pada malam itu kami terpaksa
puasa karena persediaan air yang sudah habis, sehingga kami tidak bisa minum
untuk malam itu. Karna dari telaga kumbang sampai lokasi terkhir mendirikan
camp kami tidak menemukan sumber air
Malam telah terlewati hingga pagi pun datang, tidak
sarapan, tidak minum. Namun itu semua terhibur untuk sementara waktu oleh
pemandangan yang sangat menakjubkan. Dari ketinggian ini kami menyaksikan
puncak Gunung Talamau yang sedikit tertutup awan berdiri dengan kokohnya.
Selain itu tidak kalah indahnya kami dapat melihat dengan jelas sebuah danau
yang disekelilingnya terdapat bukit-bukit yang seolah-olah menampung air danau
tersebut agar tidak mengalir keluar, itulah danau Maninjau. Sujud syukur kami
panjatkan kepada yang kuasa karna telah memberikan kesempatan kepada kami untuk
melihat keindahan ciptaanNYA yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Kami
melihat ke arah sebelah kiri terlihat satu garis lurus putih yang menggambar
kan keindahnya garis pantai saat itu.
Pukul 08.30 WIB kami mulai melanjutkan perjalanan
dengan tujuan mencapai puncak tandikek. Dari atas ini kami melihat puncak tandikek
yang jaraknya cukup dekat dengan posisi kami berada pada saat itu, namun kami
tidak menemukan jalan yang pasti menuju ke tempat itu, sehingga kami memutuskan
untuk melakukan potong kompas dengan membuka jalur dengan mempertimbangkan
puncak tandikek yang sudah terlihat jelas dan kamipun bisa mengambil sudut
untuk pedoman arah perjalanan yang akan kami lanjutkan. Timpun berjalan beriringan agar tidak terpisah jauh
karena tidak adanya ditemukan jalan yang pasti. Kami menuruni lembah yang
lumayan curam hingga nanti akhirnya kami kembali menemukan jalan dengan marker
menuju puncak tandikek.
Kesenanagan dan kepuasan tersendiri mengisi hati kami,
akhirnya kami sampai di puncak tandikek. Sebagaimana yang telah kami ceritakakn
sebelumnya, setiap gunung memiliki keunikannya masing-masing. Di puncak Tandikek
kami mendapatkan pohon-pohon kayu yang tetap berdiri meskipun sudah mati dan
disekitarnya dipenuhi tumbuhan perdu, disini juga banyak terdapat bunga padi.
Kami istirahat sejenak sesaat tiba di puncak, menikmati pemandangan yang luar
biasa. Melihat ke arah kawah tandikek yang memiliki belerang yang dapat tercium
baunya dari atas. Juga ada genangan air di kawahnya yang kata orang-orang air
tersebut berasa air tebu.
Masih di puncak Tandikek, tidak jauh berjalan kami
menemukan tempat lapang tempat biasanya pendaki beristirahat, Ucapan syukur
keluar dari mulut kami. Dalam kondisi dehidrasi kami mendapatkan 2 botol
minuman yang terisi penuh. Kami sangat terharu. Dengan melihat secara visual
air tersebut tidak bewarna dan tidak berbau tanpa menunggu lama kami meminum
air tersebut untuk melepas rasa haus. Syukur Alhamdulillah kami aturkan kepada
Allah yang memiliki sejuta rencana untuk umatnya dan terima kasih banyak kami
ucapkan kepada pendaki yang telah dengan baik hati meninggalakan minumna
tersebut, semoga amal kebaikannya dibalas oleh Allah SWT, amin ya Rabb.
Perjalanan dilanjutkan dengan target menuju shelter 1
tandikek dengan waktu tempuh sekitar 1 jam perjalanan. Kami harus mencari jalan
turun dari puncak ini, yaitu jalan yang berada di sebelah kiri. Jalan tersebut
tertutupi oleh tumbuhan yang merambat, sehingga kita harus merunduk untuk dapat
melewatinya.sepanjang perjalanan kami sempat kebingungan karena jalannya yang
kurang jelas sehingga tidak menemukan jalan yang seharusnya. Marker pun tidak
ada, lagi-lagi kami harus buka jalur, hingga akhirnya kami menemukan marker
milik ABG 06 dan marker Galapagos.
Mulai dari titik tersebut kami menemui jalan yang agak
mendaki. Salah satu tanda yang dapat diingat apabila melakukan perjalanan lagi
adalah kita akan melewati batu besar dengan memanjatnya setelah pendakian
tersebut. Setelah melewati batu besar kita akan melewati jalur yang memipir
punggungan gunung tersebut. Di sebelah kiri dapat disaksikan Gunung Singgalang,
saat itu seolah-olah tersenyum kepada kami, ntah kenapa itu yang kami rasakan,
ia memberi selamat karena melewati malam yang sangat menegangkan. Perjalanan
terus dilanjutkan, akhirnya kami menemukan Selter 2, tempat biasanya para
pendaki mendirikan camp sebelum puncak. Hanya beberapa menit duduk istirahat
untuk melepas haus. perjalanan dilanjutkan kembali dan kami menemukan sumber
air tidak jauh dari Selter 2. Kami mengisi botolo minum yang telah kosong
sebagai persiapan selama perjalanan.
Selanjutnya kami melalui trek yang menurun, terkadang
penurunannya curam, salah satu keuntungan bagi kami. Suasana pegunungannya
sangat terasa, pohon-pohon tinggi dengan suasana yang hening. Tidak ada
terdengar suara burung atau binatang lain seperti monyet. Perjalanan dihentikan
sementara setelah kami tiba di selter 1. Kami mengeluarkan bahan makanan untuk
dimasak, dan kalau memungkinkana kami mendirikan camp di sini. Namun hal itu
tidak jadi terlaksana, karena salah satu anggota tim diharuskan juga balik ke
Padang karena keesokan harinya, pada hari Senin harus ke kampus karena ada
praktikum. Jadi secepatnya kami harus turun samapi malam terlalu larut.
Istirahat kami ditemani sedikit hujan grimis, sehingga
agar makan lebih nyaman kami membuat bivac agar dapat berteduh di bawahnya.
Sebelum nasi masak, mi bakso panas dan coffemix susu disediakan untuk
mengganjal perut,, mmmmhhh enak tenan.
Setelah beristirahat 2 jam, pukul 16.00 WIB kami
melanjutkan perjalanan. Tim dibagi menjadi 2 dengan pertimbangan tim pertama
dapat sampai duluan sehingga bisa mencarikan mobil menuju pusat kota padang
panjang. Tim pertama terdiri atas 2 cowok, mereka jalan lebih duluan. Sedangkan
selebihnya menyusul di belakang. Mengingat tim 2 terdiri dari 3 orang cewek
sehingga perjalann mungkin agak lambat selain malam pun yang semakin larut.
Setelah berjalan melewati turunan kami menenmukan
suangai yang lumayan besar, namun saat itu airnya agak kering. Saat itu pukul
18.45 WIB. Hujan menghampiri kami, sehingga kami perlu memakai raincoat untuk
perjalanna berikutnya dan mulai mengeluarkan penerangan. Di sungai kami
istirahat bebrapa menit. Pada pukul 19.18 WIB kami melanjutkan perjalann
kembali. Melewati jalan setapak hingga akhirnya kami jalan mengikuti pinggiran
irigasi. Cukup jauh jalan yang dilewati sepanjang irigasi ini, hingga akhirnya
kami sampai di sebuah kedai dan bertemu dengan anggota tim lainnya. Di kedai
ini lah tempat biasanya para pendaki berisitirahat seteah menuruni Gn. Tandikek
kami tiba di kedai pada pukul 20.15 WIB.
Dari kedai menuju simpang 3 padang panjang, tempat
naik mobil arah ke padang, cukup jauh, sehingga kami perlu merental mobil untuk
dapat mengantarkan kami. Denagn bantuan bapak pemilik kedai kami mendapatkan
mobil pick up. Perjalanan menuju padang dengan menaiki mobil travel. Dan tiba
di padang pada pukul 23.00 WIB…
Salam
Rimba!!!
Salam
Lestari!!!